KONSERVASI ARSITEKTUR
PERKEMBANGAN BANGUNAN GEDUNG LAWANGSEWU
Nama Gedung : Lawang
Sewu
Alamat : Jalan Pemuda, Sekayu, Semarang Tengah, Sekayu,
Semarang
Tengah, Kota Semarang, Jawa Tengah, 50132
Tahun Pembangunan : 1904-1907
Arsitek : -
Jacob F. Klinkhamer (TH Delft)
-
B.J.
Quendag dari Amsterdam
Fungsi Saat Ini : Dikelola PT.KAI & Wisata Sejarah Kota Semarang
Klasifikasi Pemugaran: Juni, 2011
Langgam : Art Deco
Sejarah Gedung Lawang Sewu
Lawang Sewu dalam Bahasa Indonesia memiliki
arti “Seribu Pintu”. Sebutan sewu (seribu dalam bahasa Jawa),
merupakan penggambaran masyarakat Semarang tentang banyaknya jumlah pintu yang
dimiliki Lawang Sewu, meski dalam kenyataannya jumlah pintu yang ada tidak
mencapai seribu, namun lebih tepatnya 429 buah lubang pintu. Namun Lawang Sewu
memiliki banyak jendela yang tinggi dan lebar yang membuat jendela tersebut
nampak seperti pintu. Sejarah gedung ini tak lepas dari sejarah
perkeretaapian di indonesia karena dibangun sebagai Het Hoofdkantoor Van de Nederlandsch – Indische Spoorweg Maatscappij (NIS) yaitu kantor pusat NIS,
perusahaan kereta api swasta di masa pemerintahan Hindia belanda yang pertama
kali membangun jalur kereta api di Indonesia menghubungkan Semarang dengan
“Vorstenlanden” (Surakarta dan Yogyakarta) dengan jalur pertamanya Jalur
Semarang Temanggung 1867.
Awalnya administrasi NIS diselenggarakan di
Stasiun Semarang NIS, pertumbuhan jaringan yang pesat diikuti bertambahnya
kebutuhan ruang kerja sehingga diputuskan membangun kantor administrasi di
lokasi baru. Pilihan jatuh pada lahan di pinggir kota dekat kediaman Residen
Hindia Belanda, di ujung selatan Bodjongweg Semarang. Direksi NIS menyerahkan
perencanaan gedung ini kepada Prof Jacob F Klinkhamer dan B.J Ouendag, arsitek
dari Amsterdam Belanda. Pelaksanaan
pembangunan dimulai 27 Februari 1904 dan selesai 1907. Kondisi tanah di jalan
harus mengalami perbaikan terlebih dahulu dengan penggalian sedalam 4 meter dan
diganti dengan lapisan vulkanis. Bangunan pertama yang dikerjakan adalah rumah
penjaga dan bangunan percetakan, dilanjutkan dengan bangunan utama. Setelah
dipergunakan beberapa tahun, perluasan kantor dilaksanakan dengan membuat
bangunan tambahan pada tahun 1916 – 1918.
Pada tahun 1873 rel kereta api pertama di
Hindia Belanda selesai dibangun, jalan itu dibangun oleh Nederlandsch Indische
Spoorweg maatschappij (NIS), suatu perusahaan swasta yang mendapat konsesi dari
pemerintah kolonial untuk menghubungkan daerah pertanian yang subur di Jawa
Tengah dengan kota pelabuhan Semarang (Durrant, 1972). Stasiun di Semarang yang
berada di tambaksari tidak jauh dari pelabuhan. Pada peralihan abad ke-20 NIS
membangun stasiun stasiun baru yang besar. Pada tahun 1914 stasiun Tambaksari
digantikan oleh Stasiun Tawang. Sebelumnya pada tahun 1908 selesai dibangun
pula kantor pusat NIS yang baru, bangunan itu berada di ujung jalan Bodjong, di
Wilhelmina Plein berseberangan dengan kediaman gubernur. Kantor pusat NIS yang baru
itu adalah bangunan besar 3 lantai berbentuk “L” yang dirancang oleh J.F
Klinkhamer dan Ouendag dalam gaya Renaissance Revival (Sudrajat,1991). Menurut
Sudrajat pembangunan kantor pusat NIS di Semarang adalah tipikal 2 dasawarsa
awal abad 20 ketika diperkenalkan politik etis.
Fungsi Lawang Sewu dari Masa ke Masa
Bangunan Lawang Sewu yang merupakan salah satu landmark kota Semarang ini
memiliki perjalnan sejarah yang panjang. Fungsi dari Bangunan Lawang Sewu
mengalami beberapa kali perubahan seiring dengan berubahnya penguasa di
Indonesia, dimana perubahan fungsi tersebut juga mengakibatkan perubahan
pandangan masyarakat terhadap keberadaan Bangunan Lawang Sewu. Selain beberapa kali mengalami
perubahan, Bangunan Lawang Sewu juga merupakan saksi bisu dari perjalanan
sejarah. Bangunan Lawang Sewu tidak dapat dipisahkan dari sejarah
Perkeretaapian di Indonesia. Bangunan ini juga menjadi saksi saat terjadi
Pertempuran Lima Hari di Semarang.
Pada masa pendudukan Belanda, sejak tahun 1907 Bangunan Lawang Sewu digunakan
sebagai Kantor Pusat Administrasi NIS, yakni untuk mengurusi Perkeretaapian
yang dikelola oleh NIS. Namun fungsi Bangunan Lawang Sewu berubah setelah
kedatangan Jepang di Indonesia. Pada 1 Maret 1942, pasukan Jepang mendarat di
Pulau Jawa dan tidak mendapat perlawanan berarti dari pasukan Belanda. Pada 8
Maret 1942, Belanda resmi menyerahkan kakuasaan atas Hindia Belanda kepada
Jepang. Semarang
merupakan kota penting yang berfungsi untuk mengangkut berbagai hasil bumi dari
daerah pedalaman Jawa Tengah untuk kemudian menggunakan kereta menuju pelabuhan
Semarang. Pada saat Jepang menguasai Semarang, mereka mengambil
alih Lawang Sewu sebagai kantor pusat perkeretaapian di Semarang. Seluruh
perusahaan kereta api di Indonesia disatukan di bawah pengawasan angkatan darat
Jepang.
Menurut arsip Museum Lawang Sewu dan fisik bangunan yang masih ada hingga
sekarang, selama menduduki gedung, Jepang melakukan beberapa modifikasi
terhadap gedung Lawang Sewu. Modifikasi ini dilakukan untuk menyesuaikan
kebutuhan Jepang yang menjadikan Lawang Sewu sebagai penjara. Ruang bawah tanah Lawang Sewu yang memiliki
tinggi ruangan sekitar 2 meter. Pada zaman Belanda, ruang bawah tanah ini
dipenuhi air. Pada saat dikuasai Jepang, air yang ada di ruang bawah tanah
dikurangi. Setelah mengurangi volume air pada ruang bawah tanah, Jepang
menambahkan beberapa penjara jongkok yang berupa sekat berpetak-petak di ruang
bawah tanah. Petak-petak ini berukuran 2x3 meter. Petak-petak ini sudah ada
sejak zaman Belanda, dan Jepang hanya menambahkan trails besi pada petak-petak
ini agar tidak ada tahanan yang bisa berdiri. satu petak ini bisa diisi oleh
5-6 orang dewasa yang berada dalam kondisi jongkok. Petak ini diisi oleh air
sehingga tahanan yang berada di dalamnya terendam sampai sebatas kepala.
Sumber : Wikipedia
Sejarah gedung ini tak lepas dari sejarah
perkeretaapian di indonesia karena dibangun sebagai Het Hoofdkantoor Van de Nederlandsch – Indische Spoorweg Maatscappij (NIS) yaitu kantor pusat NIS,
perusahaan kereta api swasta di masa pemerintahan Hindia belanda yang pertama
kali membangun jalur kereta api di Indonesia menghubungkan Semarang dengan “Vorstenlanden”
(Surakarta dan Yogyakarta) dengan jalur pertamanya Jalur Semarang Temanggung
1867. Awalnya administrasi NIS diselenggarakan di Stasiun Semarang NIS.
Pertumbuhan jaringan yang pesat diikuti bertambahnya kebutuhan ruang kerja
sehingga diputuskan membangun kantor administrasi di lokasi baru. Pilihan jatuh
pada lahan di pinggir kota dekat kediaman Residen Hindia Belanda, di ujung
selatan Bodjongweg Semarang. Direksi NOS menyerahkan perencanaan gedung ini
kepada Prof Jacob F Klinkhamer dan B.J Ouendag, arsitek dari Amsterdam Belanda.
Pelaksanaan pambangunan dimulai 27 Februari
1904 & selesai 1907, kondisi tanah di jalan harus mengalami perbaikan
terlebih dahulu dengan penggalian sedalam 4 meter dan diganti dengan lapisan
vulkanis. Bangunan pertama yang dikerjakan adalah rumah penjaga dan bangunan
percetakan, dilanjutkan dengan bangunan utama. Setelah dipergunakan beberapa
tahun, perluasan kantor dilaksanakan dengan membuat bangunan tambahan pada
tahun 1916 – 1918.Pemugaran
Bangunan Lawang Sewu memakan waktu cukup lama, akhirnya selesai pada akhir Juni
2011 dan kembali dibuka untuk umum pada 5 Juli 2011 diresmikan oleh Ibu Negara
Ani Bambang Yudhoyono. Selain memiliki perjalanan panjang, Bangunan
Lawang Sewu juga merupakan saksi bisu dari perjalanan sejarah bangsa.
Keberadaan Lawang Sewu merupakan cikal bakal adaya Kereta Api di Indonesia.
Bangunan Lawang Sewu juga merupakan saksi sejarah perjalanan penjajahan
kolonial sampai Pertempuran Lima Hari di Semarang.
Dalam perkembangannya sekarang, banyak hal yang dilakukan untuk membuat
Bangunan Lawang Sewu menjadi lebih baik. mulai rencana dialih fungsikan sebagai hotel, kantor dan
pelayanan pembelian tiket PT.KAI, exibition room yang dilengkapi
pertokoan, galeri foto, ruang converensi, sentra industri kreatif sampai
rencana penggunaan sebagai museum kerata api bahkan sebagai multy use
building, menunjukkan belum adanya suatu konsep pengalih fungsian yang
jelas, baik dari PT.KAI sebagai pemilik dan pemerintah Kota Semarang sebagai
pemangku wilayah dimana bangunan Lawang Sewu berada.
SUMBER
Wikipedia.com