Suasana rapat paripurna DPR RI di Gedung MPR/DPR/DPD RI, Jakarta, Kamis tengah malam, memanas setelah pimpinan rapat Priyo Budi Santoso tetap bersikukuh untuk melakukan penghitungan melalui mekanisme voting.
Padahal, forum rapat paripurna saat itu belum menyepakati opsi voting, tapi baru mendengarkan pandangan-pandangan dari perwakilan fraksi-fraksi.
Setelah perwakilan dari Fraksi Partai Gerindra, Ahmad Muzani, menyatakan, agar langsung dilakukan mekanisme voting, Priyo kemudian meminta perwakilan dari fraksi-fraksi untuk maju menjadi saksi.
Sedangkan, staf dari Sekretariat Jenderal DPR RI yang bertugas di ruang rapat paripurna diminta menyiapkan papan tulis dan spidol.
Sejumlah anggota DPR langsung berteriak mengajukan interupsi, tapi Priyo mengabaikannya dan meminta perwakilan dari Fraksi Partai Demokrat berbicara.
Karena terus diabaikan, sejumlah anggota DPR RI, terutama dari Fraksi PDI Perjuangan, Fraksi PKB, dan Fraksi Hanura, meminta agar pimpinan rapat mencabut dulu papan untuk penghitungan voting dan meminta disepakati lebih dulu opsi votingntya.
Namun, politisi Partai Golkar yang memimpin rapat paripurna ini tetap mengabaikannya dan meminta perwakilan dari Fraksi Partai Demokrat berbicara.
Sejumlah anggota Dewan kemudian maju ke depan dan meminta pimpinan rapat mencabut dulu papan penghitungan.
Namun, Priyo tetap mengabaikannya, sehingga beberapa anggota maju ke depan mimbar dan meminta mencabut dulu.
Karena itu, beberapa petugas pengamanan dalam (pamdal) yang berjaga-jaga di tepi ruangan ikut maju ke depan untuk melerai dan mengantisipasi kemungkinan yang kurang diharapkan.
Sejumlah anggota DPR RI dari koalisi merah putih (KMP) yang mendukung opsi agar pilkada dikembalikan ke DPRD juga tampak berusaha menahan anggota DPR Ri dari koalisi hebat.
Pimpinan sidang, kemudian menskors sementara agar suasana rapat paripurna menjadi lebih tenang sambil menyiapkan mekanisme voting.
sumber: https://id.berita.yahoo.com/rapat-paripurna-persetujuan-ruu-pilkada-memanas- 013205967.html